Bagi Juan Bio One, Seni adalah Jalan Menuju Keabadian
Aktor ternama Indonesia ini merefleksikan kreativitas sebagai cara untuk membuat orang lain merasa menjadi manusia kembali, dan seni sebagai obat mujarab untuk kehidupan yang abadi

Aktor yang mengangkat kreativitas menjadi filosofi
Tiga tahun lalu, Juan Bio One memenangkan penghargaan Aktor Utama Terbaik untuk film komedi di Festival Film Wartawan Indonesia 2022. Perannya sebagai almarhum Gepeng, salah satu pelawak paling ikonik di Indonesia, dalam Srimulat: Hil yang Mustahal menjadi perbincangan: dalam sebuah wawancara sebelumnya, Juan mengungkapkan bahwa ia kehilangan banyak berat badan dan menghabiskan waktu bersama keluarga Gepeng agar dapat dengan sempurna menghidupkan fisik, gestur, dan gaya bicara almarhum.
Meskipun mewujudkan karakter telah menjadi ekspresi kreatif utama Juan selama lebih dari dua dekade, pria berusia 27 tahun ini menemukan kepuasan dalam mengeksplorasi upaya artistik lainnya: musik, pertunjukan DJ, seni pahat, fesyen, dan banyak lagi. Tidak pernah terkungkung dalam sebuah kotak, Juan telah berevolusi menjadi salah satu individu paling eksperimental dan menarik di Indonesia.
“Saya hanya memiliki begitu banyak cinta untuk diberikan dalam dunia kreatif ini,” jelas Juan ketika ditanya apa yang membuatnya terus bersemangat. “Saya pikir setiap seniman memiliki kepekaan ini – cara khusus untuk melihat dunia – yang membuat cairan kreatif mereka terus mengalir. ”
Bagi Juan, seni yang dipilihnya lebih dari sekadar pekerjaan atau menghidupkan sebuah karakter: pada akhirnya, ini adalah cara bagi orang lain untuk merasa menjadi manusia lagi. “Melihat karya seni yang mengajarkan orang lain bagaimana menjadi manusia menginspirasi saya untuk terus berkarya sebagai seniman. Dengan menciptakan karya seni, saya dapat mencurahkan hati dan jiwa saya ke dalam hal-hal yang memengaruhi orang lain, dan saya menyukainya,” katanya.

Apa yang membuat kreativitas Indonesia berbeda
Sebagai seseorang yang mengaitkan praktik kreatifnya dengan rasa kebersamaan, Juan terinspirasi oleh budaya Indonesia yang beragam dan bagaimana setiap daerah memiliki gagasannya sendiri tentang bagaimana kreativitas dan komunitas dapat berkembang. Secara khusus, ia mengutip filosofi Bali tentang ‘tri hita karana,’ atau ‘tiga penyebab kesejahteraan:’ keharmonisan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
“Menurut saya, sebagian besar aspek seni kita dipengaruhi oleh pepatah Bali tersebut. Saya menemukan bahwa banyak seniman kreatif Indonesia dapat membuat sesuatu yang indah dengan mewujudkan ‘tri hita karana‘. Jika ada sesuatu yang dunia perlu pelajari lebih lanjut tentang seniman Indonesia, mereka harus melihat ‘tri hita karana‘ dan bagaimana hal itu tercermin dalam praktik kami.”

Perwujudan budaya lokal yang tidak kenal lelah inilah yang membuat Juan terinspirasi untuk menciptakan lebih banyak karya seni yang melampaui batas, dan hal ini juga ia lihat di berbagai karya kreatif Asia Tenggara. “Mereka terus melakukan apa yang mereka inginkan tanpa peduli apakah mereka akan menjadi besar-yang penting adalah mereka menjadi diri mereka sendiri. Dan jika kita ingin dunia lebih memperhatikan budaya Asia Tenggara, kita harus terus berkarya.”
“Selain itu, manusia tidak bisa mati karena seni, dan seni tidak bisa mati karena manusia,” tegas Juan. “Dengan itu, saya akan terus menciptakan karya seni sampai saya mati.”
Baca ceritanya di halaman VMAN SEA 02: sekarang tersedia untuk dibeli!
Fotografi Arief Ointoe
Pengarah Kreatif dan Mode Maheen Nisar
Perawatan Nadhira Alatas
Rambut Cosmelynn
Produksi Maison Balans