Jelajahi Asia Tenggara Melalui Buku-Buku Ini
VMAN SEA mencantumkan beberapa bacaan bagus yang akan membawa Anda dalam perjalanan melintasi wilayah kami yang beragam
Sastra Asia Tenggara sama beragamnya dengan kulinernya: ada kisah-kisah sejarah, cerita horor, satir yang menggigit, dan misteri yang menarik. Novel-novel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan jendela ke dalam budaya, praktik, dan kepercayaan yang berbeda. Di bawah ini adalah beberapa buku yang bisa Anda baca jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang Asia Tenggara dan masyarakatnya.
Malaysia: Pengantin Hantu oleh Yangsze Choo
Li Lan menerima lamaran yang tidak biasa dari keluarga Lim yang berkuasa: Mereka ingin dia menjadi pengantin hantu untuk putra tunggal mereka, yang baru-baru ini meninggal dalam keadaan misterius. Menerima tawaran itu berarti sebuah rumah untuk Li Lan selama sisa hidupnya, namun dengan harga yang sangat mahal. The Hantu Pengantin Hantu adalah sebuah novel fantasi tentang sebuah kebiasaan aneh yang masih dipraktikkan sampai sekarang, berlatar belakang sejarah Malaka pada tahun 1890-an ketika Inggris memerintah.
Filipina: Gua dan Bayangan oleh Nick Joaquin
Mayat Nenita Coogan ditemukan secara misterius di sebuah gua yang terkunci. Ayah tirinya, Jack Henson, kembali ke Manila untuk memecahkan kasus ini. Gua dan Bayangan adalah struktur gua yang penuh dengan celah-celah gelap. Jelajahi bayang-bayangnya, dan Anda akan menyadari bahwa buku ini lebih dari sekadar whodunnit. Buku ini juga bercerita tentang agama, identitas, dan kolonialisme. Nick Joaquin meneliti persimpangan antara pengabdian Filipina pada agama Katolik (Filipina adalah negara yang paling banyak menganut agama Katolik di Asia) dan praktik-praktik penyembahan berhala di masa prakolonialnya.
Kamboja: Pesta setelahnya oleh Anthony Veasna So
Sebagian besar literatur Kamboja baru-baru ini adalah tentang bagaimana orang Kamboja selamat dari ladang pembantaian selama Khmer Merah. Meskipun hal ini penting, Anthony Veasna So khawatir bahwa dunia menandai orang Kamboja dan trauma mereka. Penulis keturunan Kamboja-Amerika ini meruntuhkan ekspektasi tersebut dengan Afterparties, sebuah kumpulan cerita pendek yang mengikuti anak-anak pengungsi di California, yang menyeimbangkan beban Khmer Merah dengan kerumitan ras, seksualitas, persahabatan, dan keluarga.
Singapura: Seni Charlie Chan Hock Chye oleh Sonny Liew
Sonny Liew mengeksplorasi sejarah Singapura melalui lensa yang unik: biografi Charlie Chan Hock Chye, seorang seniman komik perintis yang sebagian besar terlupakan (dan sepenuhnya fiksi) yang kariernya berlangsung selama lebih dari lima dekade. “Biografi” ini, yang berbentuk novel grafis, menampilkan sejarah alternatif tentang perubahan iklim politik dan ekonomi serta identitas nasional Singapura. Buku Liew mengundang kontroversi bahkan sebelum diterbitkan. Dewan Kesenian Nasional mencabut dana hibahnya sebelum peluncuran buku resminya karena konten sensitif yang “berpotensi merongrong otoritas legitimasi pemerintah.” Namun, buku ini terjual habis saat diluncurkan dan kemudian memenangkan berbagai penghargaan, termasuk Singapore Literature Prize dan tiga Eisner Awards (Oscar versi industri komik).
Thailand Tamasya oleh Rattawut Lapcharoensap
Dalam Sightseeing, Rattawut Lapcharoensap mengajak pembaca berkeliling Thailand, mulai dari jalan-jalan di Bangkok hingga pantai-pantai berpasir putih di negara ini. Kumpulan cerita pendek ini tidak hanya mengambil latar tempat yang berbeda, tetapi juga mengeksplorasi berbagai tema, seperti kemiskinan, berbakti kepada orang tua, korupsi, dan pendekatan westernisasi. Dalam cerita-cerita ini, Lapcharoensap menyibak tirai-tirai surga dengan pandangan yang beragam, jenaka, dan bahkan penuh kasih sayang tentang kehidupan di Thailand.
Vietnam: Dumb Luck oleh Vũ Trọng Phụng
Vũ Trọng Phụng dianggap sebagai raja satir sastra Vietnam Utara, dan dia menunjukkan bakatnya dalam Dumb Luck. Kisah ini mengikuti Xuan, seorang gelandangan yang cerdas di jalanan yang bangkit menjadi pahlawan nasional selama tahun-tahun terakhir era kolonial Prancis di tahun 30-an. Dumb Luck menyindir kedangkalan kaum borjuis, stereotip umum, penindasan asing, dan birokrasi Vietnam. Buku ini dan karya-karya penulis lainnya dilarang dari tahun 50-an hingga akhir 80-an, tetapi hari ini, novel ini dianggap sebagai karya klasik sastra Vietnam.