Mengapa Desainer Inggris Mengambil Alih Paris dan Milan
Dapatkah Paris dan Milan mengimbangi talenta Inggris yang mendefinisikan ulang mode di abad ke-21, atau apakah London sudah lebih dulu?

Selama beberapa dekade, London telah menjadi adik kandung Paris dan Milan yang pemberontak, sering kali dibayangi oleh kemegahan dan warisan dari rekan-rekan kontinentalnya.
Namun, ibu kota Inggris ini selalu menjadi taman bermain bagi bakat-bakat baru, penuh dengan keberanian, eksperimen, dan sudut pandang yang berbeda.
Saat ini, warisan tersebut memuncak dalam sebuah perubahan yang tak terduga: Desainer Inggris naik ke pucuk pimpinan beberapa rumah mode paling bergengsi di Prancis dan Italia.

Kepindahan Daniel Lee ke Jil Sander menandai babak terbaru dalam kisah yang sedang berlangsung ini, bergabung dengan jajaran Jonathan Anderson di Loewe (dan sekarang Dior), Claire Waight Keller yang merintis karier di Givenchy, dan pergeseran Matthieu Blazy dari Bottega Veneta ke Chanel.
Kini, tren kreatif Inggris yang sedang berkembang sedang membentuk kembali narasi mode global.
TERKAIT: 9 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Matthieu Blazy, Direktur Kreatif Baru Chanel
Yang membuat kenaikan ini begitu luar biasa adalah ketegangan yang diwakilinya-antara tradisi adibusana Paris dan Milan yang bertingkat-tingkat dan ketidaksopanan yang menembus batas yang mendefinisikan London.
Di mana kreativitas tidak pernah tidur
London selalu menjadi kota yang penuh dengan kemungkinan, lahan subur bagi para desainer yang berani bermimpi lebih besar dan lebih aneh.
Dengan institusi seperti Central Saint Martins dan London College of Fashion yang menghasilkan beberapa bintang paling cemerlang di industri ini, kota ini telah lama menjadi tempat lahirnya para revolusioner kreatif.

Romantisme gelap Alexander McQueen, teatrikalitas John Galliano, dan etos punk Vivienne Westwood, semuanya berakar pada energi eklektik London.
Para desainer ini melenyapkan norma-norma yang ada. Pengaruh mereka tidak hanya terbatas pada landasan pacu Inggris, tetapi juga menyebar ke seluruh dunia. Dan meskipun Paris dan Milan secara historis identik dengan kemewahan dan tradisi, mereka semakin melirik para alumni London untuk memimpin rumah-rumah mewah mereka di masa depan.
Jadi mengapa desainer Inggris?
Keberhasilan desainer Inggris di luar negeri terletak pada kemampuan mereka untuk mengawinkan dua kekuatan yang tampaknya berlawanan: inovasi dan penghormatan terhadap warisan.
Karya Jonathan di Loewe, misalnya, merupakan kelas master dalam menyeimbangkan desain yang ceria dan avant-garde dengan keahlian bertingkat dari rumah ini.

Demikian pula, masa jabatan Daniel di Bottega Veneta merevitalisasi merek tersebut, memadukan minimalis modern dengan keanggunan bersahaja yang identik dengan kemewahan Italia.
Pendekatan ini berasal dari etos mode Inggris itu sendiri-sebuah kesediaan untuk mengambil risiko, dikombinasikan dengan pemahaman mendalam tentang penceritaan. Para desainer London dilatih untuk berpikir lebih dari sekadar tren, menggali budaya, sejarah, dan seni untuk menciptakan garmen yang beresonansi pada tingkat yang lebih dalam.
Revolusi akan menjadi milik Inggris
Meningkatnya popularitas desainer Inggris yang memimpin rumah mode Prancis dan Italia menandakan pergeseran budaya yang lebih luas. Fashion tidak lagi tentang kepatuhan yang kaku terhadap tradisi atau identitas nasional, tetapi tentang menemukan cara-cara baru untuk terhubung dengan audiens global.
Di era di mana keragaman dan inklusivitas berada di garis depan, para desainer Inggris membawa perspektif baru.
Karya mereka mencerminkan dunia yang tanpa batas dan berasal dari latar belakang multikultural dan perpaduan pengaruh yang mendefinisikan London.

Saat Daniel mengambil alih kendali di Jil Sander, ia tidak hanya membawa keterampilan teknis dan visi yang diasah di London, tetapi juga mengingatkan akan pengaruh kota ini yang tak lekang oleh waktu. Penunjukannya merupakan bagian dari tren yang lebih besar yang menggarisbawahi sifat global mode saat ini.
London mungkin tidak akan pernah mengalahkan Paris atau Milan dalam hal kemegahan, tetapi tidak perlu. Kekuatannya terletak pada kemampuannya untuk menumbuhkan kreativitas dan meluncurkan karier.
Desainer Inggris yang kini memimpin di panggung dunia adalah bukti bahwa semangat non-konvensional kota ini adalah aset terbesarnya.
Pertanyaannya bukanlah apakah London akan “mengejar” Paris atau Milan-melainkan apakah kota-kota tersebut dapat mengimbangi bakat-bakat Inggris yang mendefinisikan ulang arti fashion di abad ke-21.
Foto-foto milik Instagram para desainer