Gaya formal baru: 6 merek yang mendefinisikan ulang aturan berbusana formal
Seiring dengan terus bergesernya aturan berbusana formal, gelombang baru rumah mode mendefinisikan ulang seperti apa gaya formal saat ini

Sepanjang sejarah modern, formalitas busana pria didefinisikan oleh seperangkat aturan yang jelas. Setelan klasik, dengan kain wol yang disetrika, palet warna netral, dan kerah berlekuk, berfungsi sebagai seragam kekuasaan dan profesionalisme. Setelan ini muncul di kantor, upacara, dan pertemuan diplomatik.
Namun, selama dekade terakhir, gagasan berbusana formal mulai bergeser, dipengaruhi oleh pandemi dan pergeseran global menuju budaya kerja yang lebih kasual. Sebagai gantinya, kategori baru mulai terbentuk: gaya formal baru.
Pergeseran ini tidak membuang busana formal. Sebaliknya, ini menata ulangnya. Para desainer mempertahankan struktur dan keahlian busana formal sambil menghilangkan kekakuannya. Gaya formal baru lebih interpretatif, lebih fleksibel, dan seringkali lebih berakar pada budaya. Ini mencerminkan tidak hanya perubahan selera, tetapi juga pergeseran nilai yang lebih dalam. Berikut adalah bagaimana beberapa merek paling berpikiran maju mendefinisikan momen ini.
TERKAIT: panduan utama untuk blazer, jaket setelan, dan sport coat pria
Willy chavarria

Willy Chavarria membawa jenis formalitas yang berbeda, yang berakar pada identitas dan kebanggaan budaya. Koleksinya mengambil inspirasi dari estetika kelas pekerja dan pengaruh warisan, ditingkatkan melalui busana formal berkualitas tinggi dan siluet dramatis. Kemeja longgar, setelan kebesaran, dan celana lebar dipadukan dengan draperi lembut dan pilihan gaya yang halus. Hasilnya tegas sekaligus intim.
Meskipun ia menjauhi busana formal tradisional Eropa, merek ini masih beroperasi dalam bahasa busana formal. Visinya tentang gaya formal baru menekankan kekuatan, bukan melalui kesesuaian, tetapi melalui kepemilikan ruang dan narasi.
Louis Gabriel nouchi

LGN mendorong batas-batas busana formal, seringkali bekerja di antara setelan klasik dan subversi. Desainnya eksperimental tetapi tetap dapat dikenakan. Potongan-potongan busana mengacu pada busana formal tradisional sambil memperkenalkan asimetri, garis leher dalam, atau siluet seperti jubah. Penampilan ini seringkali memiliki kualitas sinematik, halus tetapi sedikit tidak seimbang, seperti setelan yang ditujukan untuk antihero film noir.
Karya Louis berbicara kepada generasi yang kurang peduli untuk menyesuaikan diri dengan institusi dan lebih fokus pada kontrol estetika. Formalitasnya masih ada, tetapi disaring melalui lensa sensualitas dan ketegangan.
Saint Laurent

Sebagai salah satu nama paling abadi dalam mode Prancis, Saint Laurent telah lama identik dengan keanggunan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, merek ini telah mengembangkan citra yang lebih gelap dan tajam yang melampaui tradisi. Busana formal tetap menjadi inti, dengan potongan ramping, garis bersih, dan tekstil halus, tetapi seringkali ditata dengan alas kaki kulit atau mantel panjang yang menyapu. Siluet formal masih ada, meskipun pengaturannya telah bergeser. Dan di atas semua itu, tetap terlihat sangat rapi.
Pendekatan Saint Laurent saat ini membuktikan bahwa busana formal tidak perlu dilunakkan agar terasa modern. Busana itu hanya perlu dikontekstualisasikan ulang. Merek ini mempertahankan busana formalnya yang ketat, tetapi bermain dengan proporsi, gaya, dan kesempatan.
Jacquemus

Jacquemus tidak menantang setelan melalui dekonstruksi tetapi melalui konteks dan gaya. Pendekatannya terhadap gaya formal baru sangat Prancis, ditandai dengan garis bersih, warna cerah, dan selera humor. Blazer crop yang dikenakan tanpa kemeja, kerah kebesaran yang dipadukan dengan celana pendek mikro, atau potongan tak terduga semuanya termasuk dalam bahasa visualnya.
Di dunia ini, formalitas menjadi sebuah pertunjukan. Busana formal dan struktur tetap ada, tetapi suasana hati bergeser dari keseriusan menjadi permainan. Jacquemus menyajikan versi berbusana formal yang terasa berdampak tinggi dan mudah didekati, memungkinkan kepribadian muncul melalui kerapian.
Lanvin

Daripada menata ulang setelan, Lanvin tampaknya bergerak melampauinya sepenuhnya. Dalam koleksi terbaru, merek ini telah merangkul tekstur lembut dan mewah seperti sutra, rajutan, manik-manik, dan metalik untuk menyampaikan kecanggihan yang halus yang tidak bergantung pada blazer atau kerah. Siluetnya santai, gayanya luwes, dan hiasannya ditingkatkan dengan cermat.
Pandangan Lanvin tentang gaya formal baru menunjukkan bahwa berbusana formal saat ini kurang didefinisikan oleh pakaian tertentu dan lebih oleh kesan keseluruhan. Ini tentang jatuhnya kain, kilau hasil akhir, dan niat di balik penampilan. Kehadiran lebih penting daripada protokol.
Giorgio Armani

Beberapa merek yang mewujudkan warisan busana formal lebih dari Giorgio Armani, namun rumah mode Italia ini secara konsisten menyesuaikan visinya tanpa kehilangan identitasnya. Dikenal karena memperkenalkan setelan santai di tahun 1980-an, Armani terus mengeksplorasi kelembutan dan keluwesan dalam busana pria saat ini. Jaket tanpa kerah, mantel panjang, dan tekstil ringan yang bernapas menghadirkan rasa nyaman yang terasa relevan tanpa mengikuti tren.
Versi gaya formal baru dari Armani mungkin yang paling membumi. Ini adalah evolusi busana formal daripada penolakannya. Pendekatan ini mencerminkan komitmen berkelanjutan terhadap keahlian sambil menyadari bahwa pria modern berbusana untuk gerakan daripada kekakuan.
Memikirkan ulang busana formal, bukan menggantinya
Gaya formal baru bukanlah penolakan masa lalu. Ini adalah respons terhadap masa kini. Rumah mode paling relevan saat ini menunjukkan bahwa kerapian tidak lagi bergantung pada setelan standar, dan bahwa ekspresi pribadi, kekhususan budaya, serta kenyamanan modern dapat hidup berdampingan dengan keanggunan.
Pada tahun 2025, berbusana formal berarti memahami bagaimana struktur, bahan, dan gaya dapat digunakan dengan cara baru. Baik melalui siluet kebesaran, detail tekstur, atau potongan tak terduga, merek-merek yang memimpin gerakan ini membuktikan bahwa aturan tidak lagi mendefinisikan formalitas.
Foto milik Saint Laurent, Willy Chavarria, LGN, Jacquemus, Lanvin, Giorgio Armani